![]() |
Foto : Wordpres.com |
Allah s.w.t. menjadikan Rosulullah sebagai contoh dan panutan untuk umat manusia sejagad alam raya ini karena Rosulullah adalah manusia dengan talenta yang komplit. Rosulullah adalah pribadi yang bisa dicontoh oleh semua kalangan dari berbagai latar belakang pendidikan dan juga pekerjaan.
Inilah 9 halyang bisa kita contoh dari Rosulullah :
Pelajaran penting dari Nabi s.a.w. tentang kezuhud-an beliau s.a.w. tergambar dalam percakapannya bersama malaikat Jibril alayh Salam yang direkam oleh al-Qadhi ‘Iyadh dalam al-Syifa.
1. Nabi Muhammad Seorang Pendidik
Banyak riwayat menceritakan ketika beliau menjadi seorang pendidik, diantaranya ketika Nabi s.a.w. memberikan nasehat kepada anaknya
‘Amr bin al-Ash; yakni Abdullah. Beliau mengatakan:
Wahai Abdullah, jangan jadi seperti fulan; dia itu bangun di malam hari akan tetapi tidak shalat malam. (HR al-Bukhari)
Dalam nasehat tersebut, Nabi s.a.w tidak menyebut siapa nama orang bangun tapi tidak sholat. Nabi s.a.w. hanya mengatakan kepada Abdullah bahwa perbuatan macam itu tidak baik. Karena memang poin pelajaran ada pada bangun dan tidak shalat. Maka tidak perlu disebut siapa nama orang yang melakukan seperti itu.
Jika nama orang tersebut, itu namanya merendahkan orang lain. Dan Nabi s.a.w. tidak mau melakukan perendahan kepada siapapun.
Hal ini juga sebagai bentuk pengajaran bahwa bukan berarti jika kita benar kita boleh merendahkan orang lain.
walaupn sebagai kepala rumah tangga, akan tetapi posisinya tidak beliau gunakan untuk berleha-leha dan memebratkan istrinya. Prinsipnya apa yang bisa beliau s.a.w. kerjakan, beliau kerjakan tanpa harus menyuruh orang lain.
Ada lagi hadits dalam hal kaitannya Nabi s.a.w. di keluarga. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim:
menyiapkan hidangan selepas Nabi s.a.w. berkegiatan di luar dan pulang ingin istirahat. Alih-alih mendapat sajian makan pelepas dahaga dan penat, justru sayyidah ‘Aisayh tidak menyiapkan itu. Dan respon Nabi s.a.w. bukan marah justru malah memilih ibadah; puasa. Sunguh suami idaman.
Begitu juga di potongan kedua. Ketika beliau sejak pagi sudah berpuasa dan ternyata di rumah sayyidah ‘Aisyah ada hidangan yang tersaji dari
hadiahh tetangganya. Guna untuk tidak mengecewakan pemberi hadiah dan juga tidak membuat usaha sayyidah ‘Aisyah yang telah menyiapkan sajian sia-sia, beliau membatalkan puasa sunnahnya tersebut dan memilih untuk makan.
Dan itu dibuktikan oleh Nabi s.a.w. sendiri yang pernah menegur beberapa sahabatnya yang menjadi imam shalat untuk sahabat lain akan tetapi beliau membaca surat-surat panjang yang menyusahkan makmum.
Aswad di atasnya. Kemudian beliau s.a.w. meminta pimpinan semua suku untuk memegang setiap ujung sorban tersebut dan mengangkatnya bersamaan sampai pada tempat Hajar Aswad yang semestinya. Lalu beliau s.a.w turunkan batu itu dari sorban ke tempat semestinya.
Dan semua kepala suku itu pun senang ; sebab mereka semua mendapatkan kehormatan yang sama dan adil dalam memindahkan Hajar Aswad yang sejak beberapa hari sebelumnya mereka perdebatkan.
Dari Jarir bin Abdullah r.a.: Nabi s.a.w. tidak pernah menutup dirinya dari ku, dan tidaklah setiap aku bertemunya, kecuali Nabi s.a.w. selalu tersenyum kepadaku.”
Dalam kitab sejarahnya, al-Bidayah wa al-Nihayah, Imam Ibnu Katsir menceritakan apa yang diceritakan oleh sayyidina ‘Abbas bin Abdu al-Muthallib tentang apa yang terjadi pada perang Hunain.
‘Amr bin al-Ash; yakni Abdullah. Beliau mengatakan:
Wahai Abdullah, jangan jadi seperti fulan; dia itu bangun di malam hari akan tetapi tidak shalat malam. (HR al-Bukhari)
Dalam nasehat tersebut, Nabi s.a.w tidak menyebut siapa nama orang bangun tapi tidak sholat. Nabi s.a.w. hanya mengatakan kepada Abdullah bahwa perbuatan macam itu tidak baik. Karena memang poin pelajaran ada pada bangun dan tidak shalat. Maka tidak perlu disebut siapa nama orang yang melakukan seperti itu.
Jika nama orang tersebut, itu namanya merendahkan orang lain. Dan Nabi s.a.w. tidak mau melakukan perendahan kepada siapapun.
Hal ini juga sebagai bentuk pengajaran bahwa bukan berarti jika kita benar kita boleh merendahkan orang lain.
2. Nabi Muhammad s.a.w. Seorang Suami
Dalam riwayat Imam Ahmad, sayyidah ‘Aisyah pernah ditanya oleh seseorang tentang bagaimana kegiatan Nabi s.a.w. jika berada di rumah.Seseorang bertanya kepada sayyidah ‘Aisyah r.a.: apakah Nabi s.a.w. juga berkerja di rumah?, sayyidah ‘Aisyah menjawab: Ya! Nabi s.a.w. itu(di rumah) menggosok sendalnya sendiri, menjahit bajunya sendiri dan mengerjakan sesuatu di rumah sebagaimana kalian bekerja di rumah. (HR Imam Ahmad)Hadits ini memberikan gambaran yang utuh kepada kita bahwa Nabi s.a.w. bukanlah suami yang acuh dengan apa yang ada di rumah. Beliau s.a.w.
walaupn sebagai kepala rumah tangga, akan tetapi posisinya tidak beliau gunakan untuk berleha-leha dan memebratkan istrinya. Prinsipnya apa yang bisa beliau s.a.w. kerjakan, beliau kerjakan tanpa harus menyuruh orang lain.
![]() |
Sandal Rosulullah, Foto : Facebook.com |
Ada lagi hadits dalam hal kaitannya Nabi s.a.w. di keluarga. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim:
Dari ‘Aisyah Ummuml-Mukminin r.a. beliau berkata: suatu hari rasul s.a.w. pernah bertanya kepada: wahai ‘Aisyah, apakah ada makanan yang bisa dimakan? Aku menjawab: “tidak ada ya rasul!”, lalu Nabi s.a.w. menjawab lagi: “ya kalau gitu saya puasa saja.Hadits ini memberikan gambaran yang sangat jelas Nabi s.a.w. adalah pribadi yang tidak pemarah dan tidak suka menyulitkan orang lain, terlebih lagi itu adalah istrinya. Padahal pada potongan hadits pertama, Nabi s.a.w. pada posisi yang sangat layak kalau ia marah kepada istrinya yang tidak
Lalu di hari lain, Nabi s.a.w. datang kepada ku lalu aku berkata: “ya rasul, aku diberikan hadiah acar roti.” Kemudian Nabi s.a.w. mengatakan: “perlihatkan kepadaku. Sebenarnya aku sudah berniat puasa sejak pagi”, lalu beliau memakan hidangan tersebut. (HR Muslim)
menyiapkan hidangan selepas Nabi s.a.w. berkegiatan di luar dan pulang ingin istirahat. Alih-alih mendapat sajian makan pelepas dahaga dan penat, justru sayyidah ‘Aisayh tidak menyiapkan itu. Dan respon Nabi s.a.w. bukan marah justru malah memilih ibadah; puasa. Sunguh suami idaman.
Begitu juga di potongan kedua. Ketika beliau sejak pagi sudah berpuasa dan ternyata di rumah sayyidah ‘Aisyah ada hidangan yang tersaji dari
hadiahh tetangganya. Guna untuk tidak mengecewakan pemberi hadiah dan juga tidak membuat usaha sayyidah ‘Aisyah yang telah menyiapkan sajian sia-sia, beliau membatalkan puasa sunnahnya tersebut dan memilih untuk makan.
3. Nabi s.a.w. Seorang Pendakwah
![]() |
Jubah Rosulullah, Foto : today.line.me |
Dari Anas bin Malik r.a., Bahwasanya Rasul s.a.w. bersabda: mudahkanlah, jangan susahkan. Dan berikan ketenangan, jangan kalian takut-takuti. (Muttafaq ‘alayh)Ini menjadi buah cinta gaya dakwahnya Nabi s.a.w., yang adem dan menanangkan, serta tidak menyusahkan dan tidak memberikan ketakutan. Karena memang begitulah harusnya seorang da’i.
Dan itu dibuktikan oleh Nabi s.a.w. sendiri yang pernah menegur beberapa sahabatnya yang menjadi imam shalat untuk sahabat lain akan tetapi beliau membaca surat-surat panjang yang menyusahkan makmum.
4. Nabi Muhammad s.a.w. sebagai Juru Damai
Ketika beliau s.a.w. berumur sekitar 35 tahun, terjadi rekonstruksi Ka’bah oleh para pemuka suku di Makkah. Perselisihan terjadi saat akan memasang batu Hajar Aswad, semua suku merasa berhak. Dan beliau s.a.w. memulai jalan damainya dengan menggelar sorban dan meletakkan batu HajarAswad di atasnya. Kemudian beliau s.a.w. meminta pimpinan semua suku untuk memegang setiap ujung sorban tersebut dan mengangkatnya bersamaan sampai pada tempat Hajar Aswad yang semestinya. Lalu beliau s.a.w turunkan batu itu dari sorban ke tempat semestinya.
Dan semua kepala suku itu pun senang ; sebab mereka semua mendapatkan kehormatan yang sama dan adil dalam memindahkan Hajar Aswad yang sejak beberapa hari sebelumnya mereka perdebatkan.
5. Nabi s.a.w. Seorang Pemimpin
Dari sayyidina Anas bin Malik r.a, beliau berkata: aku membantu Nabi s.a.w. sepuluh tahun dan tak sekalipun aku mendengar Nabi s.a.w. mengatakan “ah” kepadaku, dan tidak pernah juga beliau mempertanyakan “kepada kau melakukan itu?”untuk sesuatu yang telah aku kerjakan. Dan tidak pernah juga beliau s.a.w. mempermasalahkanku “kenapa kau tidak mengerjakannya?” untuk sesuatu yang aku tidak kerjakan. (HR al-Timidzi)Dalam kitabnya, al-Syifa yang menjelaskan tentang kepribadian al-Musthafa s.a.w., al-qadhi ‘Iyadh menyebutkan:
Beliau s.a.w. bercanda dengan sabahatnya, berbaur dengan mereka dan berdiskusi dengan mereka. Serta beliau s.a.w. juga bermain dengan anak-anak dan mendudukannya di pangkuannya. Dan beliau s.a.w. menjawab undangan mereka juga undangan budak serta orang-orang miskin. Beliau s.a.w. mengunjungi orang sakit di ujung kota dan menerima alasan orang-orang yang berudzur.Beliau menundukkan badannya ketika ada orang lain ingin berbicara sampai terlihat orang tersebut yang menunduk; karena saking merunduknya badan Nabi s.a.w., beliau s.a.w. yang jika berdiskusi dengan sahabatnya, beliau s.a.w. duduk dekat sambil menempelkan lututnya dengan sabahatnya., beliau juga yang jika bertemu, selalau yang pertama memberikan salam lebih dahulu.
Dari Jarir bin Abdullah r.a.: Nabi s.a.w. tidak pernah menutup dirinya dari ku, dan tidaklah setiap aku bertemunya, kecuali Nabi s.a.w. selalu tersenyum kepadaku.”
6. Nabi Muhammad s.a.w. Pemberani
![]() |
Zulfikar, Foto : today.line.me |
Ketika pasukan Muslim dan Kafir berhadapan, Orang-orang Islam mundur dan Rasul s.a.w. dengan segera menaiki tunggangannya, dan memecutnya berjalan cepat menuju barisan orang-orang Kafir. ‘Abbas r.a. mengatakan: aku memegangi tali pelana tunggangan Nabi s.a.w. sambil menahannya agar tidak berjalan cepat, dan Abu Sufyan memegangi tunggangannya Nabi s.a.w. tersebutIbn ‘Umar r.a.a mengatakan: aku tidak pernah melihat ada orang yang lebih kuat, lebih berani, lebih berwibawa dan lebih ikhlas daripada Nabi s.a.w.
7. Nabi Muhammad s.a.w. Yang terpercaya
Kejujuran Nabi s.a.w. adalah sesuatu yang sudah diketahui oleh seluruh orang, bahkan musuh beliau s.a.w. pun mengakui bahwa Muhammad s.a.w. adalah orang yang jujur. Sejek sebelum menjadi Nabi, Muhammad s.a.w. memang sudah dikenal sebagai pemuda yang jujur lagi santun.8. Zuhud Nabi s.a.w. kepada Dunia
Dari sayyidah ‘Aisyah r.a., kasurnya Nabi s.a.w. yang beliau s.a.w. pakai untuk tidur itu terbuat dari kain yang dirajut dan diisi dengan serabut batang pohon kurma. (HR. Muslim)![]() |
Replika kamar Rosulullah, Foto :jabar.tribun.com |
Pelajaran penting dari Nabi s.a.w. tentang kezuhud-an beliau s.a.w. tergambar dalam percakapannya bersama malaikat Jibril alayh Salam yang direkam oleh al-Qadhi ‘Iyadh dalam al-Syifa.
Jibril datang kepada beliau s.a.w. dan berkata: Allah s.w.t. mengirimkan salam untukmu dan berkata: “maukah kau jika aku jadikan gunuggunug ini emas untuk mu, dan ia selalu ada untuk mu kapan kau mau?” Nabi s.a.w. dia sejenak lalu berkata: “wahai Jibril, dunia ini adalah rumah bagi yang tidak punya rumah, dan dia adalah harta bagi yang tidak punya harta, dan dunia dicari olehorang tidak punya akal”. Lalu Jibril berkata: “Allah s.w.t. telah menetapkanmu dengan perkataan yang tetap (kuat).”
9. Ketaqwaannya s.a.w. Kepada Allah s.w.t.
Nabi s.a.w. Shalat malam sampai kedua kakinya memar (bengkak), ketika ditanya ‘bukankah Allah s.w.t. Sudah mengampuni dosamu?’ beliau menjawab: ‘apakah tidak boleh jika aku menjadi orang yang bersyukur?’. (HR. Al-Bukhari & Muslim)Dari Sayyidina Ali r.a., beliau bertanya kepada Nabi s.a.w. tentang sunnahnya, beliau s.a.w. menjawab: ma’rifah adalah modalku, akal adalah asal agamaku, cinta sebagai pondasinya, dan kerinduan sebagai kendaraanku, dzikrullah sebagai sahabatku, keyakinan sebagai hartaku, kesedihan juga menjadi pendampingku, ilmu sebagai senjataku, kesabaran sebagai selendangku, keridhaan sebagai temuanku, kelemahanku adalah kebanggaanku, zuhud adalah profesiku, keyakinan adalah kekuatanku, kejujuran adalah penolongku, ketaatan adalah pencukup bagiku, jihad adalah akhlakku dan mata hatiku dalam shalat.
Sumber : Manusia Yang Tidak Seperti Manusia
Penulis : Ahmad Zarkasih, Lc
Posting Komentar